Jakarta, Med14 – Rizayati Pengusaha Sukses Berhati Mulia, dan Napak Tilas Perjalanan Sang Penggagas “Indonesia Terang”
Kelahiran
Hj. Rizayati, SH., MM ditengah – tengah keluarga besarnya akrab disapa dengan nama panggilan Kak Dek dilahirkan di Kuta Baro, sebuah desa pesisir pantai di Kabupaten Bireuen, Propinsi Aceh pada 1 September 1984 dari pasangan yang cukup berbahagia Abi Razali dan Ummi Khamsiah. Sang Ayah berprofesi sebagai seorang pedagang dan ibu seorang guru yang bertugas di salah satu sekolah negeri di lingkungan tinggalnya, Ibunda Kak Dek telah menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya di dunia pendidikan dan mengabdi sebagai pahlawan tanpa jasa.
Kak Dek sendiri lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang agamis, bersahaja dan teguh diatas prinsip. Sang Ayah begitu keras atas prinsip ajaran Islam terutama dalam mendidik putra putrinya, keteguhan prinsip ini dibawa sampai Sang Ayah meninggalkan alam fana menghadap Allah SWT pada 2002 silam akibat sakit yang di deritanya. Melihat Kak Dek saat ini, terlihat pula jati diri Sang Ayah dalam kepribadiannya yang keras, tegas, sosial, dan berkasih sayang.
Kak Dek sendiri merupakan anak kedua dari lima bersaudara, Kakaknya tertua bernama Syahrizal yang kini telah pergi dan tidak pernah kembali menyahuti panggilan Ilahi pada 2004 silam bersamaan musibah gempa dan tsunami yang melanda Aceh. Sementara itu, adik-adik Kak Dek yang masih mengisi hari-hari dalam canda dan tawa adalah Rukayyah, Raisa, dan Muhammad Arif. Ketiga adik kandungnya ini tinggal di Aceh bersama Sang Ibu yang telah memasuki usia senja, sedangkan Kak Dek memilih tinggal di bilangan Jakarta menapaki karir bersama buah hati, suami dan keluarga tercinta.
Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, Kak Dek dapat dikatakan sosok perempuan berhasil mengenyam pendidikan formal ditengah-tengah terpuruknya kondisi Aceh saat itu yaitu Konflik sosial antara pemerintah RI dengan GAM yang hampir tidak berkesudahan. Pendidikan dasar sampai dengan atas runut Ia tempuh di tanah kelahirannya Bireuen, mulai dari SD Negeri 6 Kuala, SMP Negeri 04, dan SMU Negeri 01 Peudada. Sementara pendidikan tinggi, Kak Dek selesaikan di pulau Jawa yaitu Sarjana Hukum (SH) pada perguruan tinggi swasta ternama Budi Luhur pada tahun 2014, sedangkan Magister Manajemen (MM) dikhatamkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia School of Management (ISM) Tangerang dan diwisuda sebagai salah seorang lulusan terbaik pada 2016.
Melihat Kak Dek hari ini tidak bisa lepas dari pengorbanan masa lalunya yang sarat dengan perjuangan sehingga apa yang diraihnya hari ini patut dikatakan bahwa “ pantas dia mendapatkannya, sunnatullah alam telah memilihnya, apa yang kita tanam, itu pula yang kita tunai “. Pengorbanan Kak Dek untuk meraih pendidikan tentunya berbeda dengan kebanyakan perempuan lain yang tinggal di daerah luar konflik layaknya Aceh ketika itu. Kak Dek ke sekolah SMU-nya dalam pusaran ketakutan dan di bawah kecemasan akan keselamatan, apalagi Kak Dek adalah perempuan memiliki paras jelita yang kerap menjadi incaran mata pria, karena kecantikannya itu pula Kak Dek pernah “ diculik “ oleh oknum combatan GAM dalam tahun 2002 dengan seragam sekolah berikut dibawa ke markas GAM di salah satu pengunungan di wilayah Bireuen selama 6 hari dan 6 malam lamanya.
Kisah memilukan ini berakhir pada hasrat oknum tersebut untuk menikahi Kak Dek. Akan tetapi Kak Dek tidak memiliki rasa, asa, dan cinta terhadap orang yang berusaha mencintainya, penolakan Kak Dek ini kemudian membuahkan petaka bagi Kak Dek dimana intimidasi, ancaman, dan stigma negatif yang mengancam keselematannya kerap di alamatkan kepada Kak Dek sehingga keluarga berusaha menyembunyikan Kak Dek dari incaran tangan-tangan jahat dan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Beredarnya isu negatif ini sempat membuat Ayah Kak Dek shock, sakit dan kemudian meninggal dunia.
Situasi yang serba sulit ini telah mendorong Kak Dek untuk bergabung dengan institusi Polri dimana setamat dari pendidikan SMU pada 2003 yaitu ditengah penerapan Darurat Militer di Aceh, Kak Dek mendaftar sebagai anggota Polri dengan segenap resiko dan bahkan keselamatan menjadi pertaruhan. Pilihan inilah yang pertama sekali mengantarkan Kak Dek ke Ibu Kota Jakarta, di Kota ini kemudian Kak Dek mengawali karir di Kepolisian.
Keluarga
Kak Dek menikah pada tahun 2004, lelaki beruntung yang mempersunting Kak Dek bernama Imran Bin Abdul Hamid yang akrap disapa dengan panggilan Bang Im oleh kerabatnya, Bang Im sendiri pria yang lahir dari keluarga berada di bilangan Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh yang dalam kesehariannya begitu setia menemani Kak Dek dalam suka, duka, bahagia maupun nestapa. Bagi Kak Dek sendiri Bang Im adalah pendamping sekaligus teman hidup yang tidak terbagi, sosok yang memberikan motivasi, menasehati dan menemukan solusi dalam setiap peristiwa terjadi sehingga Kak Dek mengungkapkan dalam kata “ dialah suami dan imam yang menuntun-ku ke syurga “.
Kak Dek telah dikaruniai Allah SWT empat orang putra-putri bersahaja cahaya mata, penyemangat kehidupan serta penyejuk jiwa. Mereka yang senantiasa menjadikan Kak Dek tersenyum merekah adalah Muhammad Dimas Juanda Putra, Devi Julia Putri, Deiya Anggarini, dan Muhammad Fayrel Attarizki.
Organisasi
Sukses dalam dunia pendidikan, mapan merawat keluarga ditengah kesibukan yang ada, sukses pula di dunia organisasi itulah prestasi duniawi dan ukhrawi seorang Hj. Rizayati.
Sejumlah torehan prestasi organisasi Kak Dek terlihat dari sejumlah organisasi dan kepercayaan menempati posisi prestisius dalam organisasi tersebut yang diantaranya adalah Staff di Kejaksaan Agung RI 2006-2010, Biro Humas MPR RI dan Staff Presiden RI pada Kementerian Setneg RI 2010-2018, Waketum DPP JLN 2016-2019, Anggota BIN 2016-2019, Waketum Mutiara Bangsa yang diketuai oleh Ny. Iriana Joko Widodo 2018 – 2019, Bendum DPP Jok-Ma, dan Direktur Kampanye TKD Jawa Barat Joko Widodo-KH. Ma’ruf Amin 2018-2019 yang terakhir adalah Caleg DPR RI dari Partai NasDem.
Politik Praktis
2019 menjadi tahun politik bersejarah bagi pribadi Kak Dek dimana tahun ini Ia mulai terjun langsung dalam dunia politik praktis sebagai salah seorang Caleg DPR RI partai NasDem Nomor urut 4 dapil Jawa Barat V (Kab.Bogor). Kak Dek bergabung dengan partai NasDem cukup beralasan, disamping karena sosok putra Aceh Surya Paloh sebagai Ketua Umumnya juga karena visi partai yang menjunjung tinggi etika dan fatsoen politik. Menurut Kak Dek, salah satu bukti nyata adalah politik tanpa mahar.
Terjunnya Kak Dek dalam dunia politik praktis karena keinginan isteri Bang Im ini untuk berbuat lebih dari sekedar apa yang telah diperbuat saat ini kepada rakyat Indonesia melalui yayasan dan kegiatan sosial. Apa yang dasawarsa ini telah dilakukan, kemampuannya terbatas pada ruang tertentu saja, sementara sentuhan kebijakan politik tentunya dapat memberikan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Pelaku Usaha
Ditengah-tengah keaktifannya dalam sejumlah organisasi sosial di atas, dalam darah Kak Dek juga mengalir darah Sang Ayah sebagai seorang pedagang. Ia memiliki sejumlah restoran Mie Aceh di Bekasi dan Kota Bandung, Ibu empat orang anak ini juga penyuka kuliner disamping gemar memasak, hobby ini Ia bagi kepada masyarakat sekitar dengan mengembangkan usaha kuliner khas Aceh yang rasanya menggugah selera seperti Mie Aceh, martabak, canai, kopi nasi goreng, dan lain-lain.
Kak Dek juga menekuni usaha property melalui dua perusahaan raksasa yang di milikinya yang kini Alhamdulillah kedua perusahaan tersebut telah menjadi mitra kerja pemerintah Republik Indonesia dimana perusahaan Kak Dek telah mengerjakan ratusan pekerjaan pemerintah di berbagai wilayah Indonesia dan berhasil sesuai spesifikasi yang diberikan serta mendapatkan apresiasi positif dari pemerintah sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain program rumah bersubsidi dari pemerintah, renovasi rumah tidak layak huni, bantuan terhadap rumah ibadah, pengadaan Kapal nelayan, pengadaan ATK perkantoran, buku-buku pendidikan, dan lain-lain.
Selanjutnya perusahaan Kak Dek juga dipercayakan pemerintah untuk proyek besar seperti jalan Toll Manado, Surakarta, Yogyakarta, Solar Sell (PJU-TS), perbaikan jalan, pengecoran, pengaspalan, dan sejumlah pekerjaan besar lain- nya. Perusahaan itu adalah CV. Imza Rizki Jaya dan PT. Imza Rizki Jaya, kedua-duanya Kak Dek sendiri adalah Direkturnya. Kak Dek dinilai oleh banyak pihak memiliki kepiawaian dan kecekatan dalam membina hubungan termasuk investor baik dari dalam maupun luar negeri. Maka, tidak heran banyak pihak yang berusaha mendekatinya juga disisi lain banyak pula orang yang berusaha memfitnahnya dengan berbagai issu miring dan stigma negatif seperti pepatah
“ Semakin tinggi suatu pohon, Semakin kuat badai menerpa “. Ungkapan lama ini tepat menggambarkan keberhasilan Kak Dek, baik didunia pendidikan, Keluarga, pemerintahan, sosial maupun bisnis.
Penghargaan
Atas ragam kegiatan Ibu Fayrell di atas ternyata banyak pihak yang meliriknya dan secara massif mereka memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi terhadap kegiatan Kak Dek tersebut. diantara torehan prestasi Kak Dek yang diakui oleh orang dan lembaga terkait antara lain Raja Salman Awards (2017), yaitu penghargaan atas mitra terbaik pemerintah, PT. Primer Abadi Sejahtera Awards (2016) yaitu perusahaan PMA China di Indonesia dalam kategori Mitra terbaik, PWI Awards (2018) dalam kategori Mitra terbaik, KemenDes Awards (2018) yaitu penghargaan dari Kementerian Desa dan Pemberdayaan Daerah tertinggal kategori Mitra terbaik yang dalam hal ini atas prestasi Direktur Utama PT. Imza Rizki Jaya ini mengerjakan ragam program dari Kementerian tersebut Selanjutnya KOPJA GANTI Awards (2018) yaitu penghargaan spektakuler dari Koperasi Jasa Gerakan Nelayan Tani Indonesia yang dipimpin Menteri Puan Maharani Megawati Soekarno Putri, Ratu Kasundaan (2018), penghargaan ini diterima Kak Dek dari komunitas kebudayaan masyarakat Sunda di Bogor dan sejumlah prestasi lainnya baik di dalam maupun luar negeri.
Keseharian Kak Dek dipenuhi dengan berbagai kegiatan sosial pemerintahan, baik di dalam maupun luar negeri, baik kegiatan amal – sosial maupun kegiatan lainnya dalam kedudukannya sebagai Staff Presiden Republik Indonesia (kini memasuki masa cuti), Direktur perusahaan Mitra Kerja pemerintah, dan pelaku usaha juga pegiat amal-amal sosial.